Pers adalah
Lembaga Sosial atau lembaga kemasyarakatan yang merupakan subsistem dari sistem
pemerintahan di negara dimana ia beroprasi, bersama dengan subsistem yang lain.
Pers adalah sistem terbuka ang probabilistik, maksudna pers tidak bebas dari
pengaruh lingkungan dan cenderung mempunyai kualitas untuk menyesuaikan diri
kepada perubahan dalam lingkungan demi kelangsungan hidup. Jadi apabila pers
tidak mampu menyesuaikan diri pada perubahan kondisi lingkungan maka pers itu
akan mati, misalnya pencabutan izin atau tidak disukai khalayak.
Mengenai
jenis-jenis sistem pers yang dianut oleh negara didunia bisa kita kaji dibuku
“Four Theories of the Press” karya Fred S.Siebert, Theodore Peterson dan Wilbur
Schramm. Buku tersebut menyatakan didunia sekarang pers dikategorikan menjadi
empat, yaitu :
- Authoritarian Press atau Pers otoritarian
- Liberatian press atau press libertarian
- Soviet communist press atau pers komunis soviet
- Social responsibility press atau pers tanggung
jawab sosial
Ketiga
pengarang itu menimpulkan bahwa kategori itudisebut teori, teori komunis soviet
hanya perkembangan dari teori otoritarian, dan yang disebut teori tanggung
jawab hanya modifikasi dari teori libertarian. Dan teori otoritarian yang
menjadi dasar perkembangan teori komunis soviet adalah teori yang tertua tahun
1454. Pada saat itu yang disebut kebenaran adalah milik pengusaha saja. Oleh
karena itu informasi berlangsung dari puncak turun ke bawah. Tetapi diabad 20
di Uni Soviet terjadi perubahan politik yang sendirinya berpengaruh kepada
sistem pers dinegara itu. Perubahan tersebut akibat pemikiran Gorbachov yang
dikenal sebagai “Glasnost” yang berarti restuk turisasi. Dan akibat suasana
glasnost dan perestorika itu, pers di Uni Soviet mengalami kebebasan dan berimbas
pada kebebasan surat kabar dan majalah yang mulai berani mengungkap peristiwa
yang sebelumnya bersifat tabu. Contohnya pengangkatan berita korupsi.
Sedangkan teori liberitarian yang menjadi dasar modifikasi teori tanggung jawab sosial merupaka kebalikan dari teori dalam hal hubungan posisi manusia terhadap negara. Dalam teori ini manusia tidak lagi dianggap bebas untuk dipimpin dan diarahkan. Hak mencari kebeneran kodrati manusia dan pers dianggap sebagai mitra dalam mencari kebenaran. Sudah 200 tahun lebih pers Amerika dan Inggris menganut teori liberitarian, bebas dari pengaruh pemerintah dan bertindak sebagai “Fourth Estate” (Kekuasaan keempat), dalam proses pemerintahan setelah kekuasaan pertama (Lembaga Legislatif), kekuasaan kedua (lembaga Eksekutif) dan kekuasaan ketiga (Lembaga Yudikatif).
Selanjutnya abad 20 muncul new authoritarianism di negara komunis dan new libertarianism (Teori tanggung jawab) di negara non komunis.
Perkembangan Pers di Indonesia tidak menganut ke4 sistem yang telah dijelaskan. Karena di indonesia menggunakan sistem Pers khas Indonesia sendiri yaitu Pers Pancasila oleh Dewan Pers yang didefinisikan sebagai “Pers yang orientasi, sikap dan tingkah lakunya berdasarkan pada nilai-nilai pancasila dan UUD 1945”. Kenapa Pers di Indonesia tidak menganut satupun dari teori Pers Barat? Karena tidak ada satupun yang sesuai dan selaras dengan falsafah hidup bangsa indonesia, gaya hidup rakyat Indonesia dan kepribadian Indonesia.
Tetapi empat teori pers tersebut, sejak tahun 1970-an telah dikritik oleh beberapa pakar, antara lain Ralph Lowenstein dan William Hachten.
Lowenstein dalam bukunya “Media, Messages, and Men” menjelaskan ada empat Teori Pers tersebut tidak fleksibel dan tidak bisa diaplikasikan pada semua sistem pers. Dan kemudian ia menyarankan “Pendekatan dua deretan bertingkat” yang mengidentifikasian tipe kepemimpinan dan filsafat.
Sedangkan
William Hachten “The World News Prism” tahun 1981 yang berpegangan pada
ideologi authoritarian dan komunis serta kombinasi libertarian dan tanggung
jawab sosial ke dalam konsep barat dan menambah teori baru “revolutionary dan
developmental” (Merril, 1991 : 16-17)
Ciri-Ciri Pers
Pengertian sempit, Pers adalah Media massa cetak dan pengertian secara luas meliputi media massa cetak elektronik seperti radio siaran, Televisi siaran yang bertujuan menyiarkan karya jurnalistik. Jadi tegasnya Pers adalah lembaga atau badan yang menyebarkan berita sebagai karya jurnalistik kepada khalayak. Dan keduanya diibaratkan sebagai jiwa dan raga karena Pers karena ia berwujud, konkret dan nyata sedangkan jurnalistik itu abstrak, daya hidup dan menghidupi aspek pers. Karena itu pers tidak mungkin beroprasi tanpa jurnalistik begitupula sebaliknya. Dalam hal ini kita akan membahas media cetak arti sempit. Berikut adalah ciri-ciri surat kabar :
- Publisitas
Yaitu
penyebaran kepada publik atau khalayak. Karena diperuntukan khalayak, maka
sifat surat kabar adalah umum. Isi surat kabar terdiri dari berbagai hal yang
berkaitan dengan kepentingan umum.
- Periodisitas
Terbitnya
surat kabar ini bisa satu kali sehari, dua kali sehari atau satu kali atau dua
kali seminggu. Seperti buku biasanya, tidak disebarkan secara periodik, tidak
teratur hal ini dikarenakan terbitnya tidak teratur. Jadi penerbitan seperti
buku tidak mempunyai ciri periodisitas meskipun disebaran pada khalayak dan
isinya menyangkut kepentingan umum.
- Universalitas
Ciri surat
kabar ini bisa dilihat dari kesemestaan isinya, aneka ragam dan dari seluruh
dunia. Sebuah penerbitan berkala yang isinya mengkhususkan diri pada suatu
profesi atau aspek kehidupan, seperti Majalah Kedokteran, Arsitektur, Koperasi
atau pertanian, tidak termasuk surat kabar.
- Aktualitas
Menurut kata
aslinya Aktualitas berarti “Kini” dan keadaan sebenarnya. Keduanya erat sekali
disangkut pautkan dengan berita yang disiarkan surat kabar. Tetapi yang
dimaksudkan dengan aktualitas sebagai ciri surat kabar adalah kecepatan laporan
tanpa menyampingkan pentingnya kebenaran berita.
Fungsi Pers
Pers adalah sarana yang menyiarkan produk jurnalistik. Fungsi pers berarti fungsi jurnalistik. Pada zaman modern ini, jurnalistik tidak hanya mengelola berita, melainkan aspek untuk isi surat kabar. Karena itu fungsinya, bukan lagi menyiarkan informasi, tetapi juga mendidik, menghibur dan mempengaruhi agar khalayak melakukan kegiatan tertentu. Fungsi-fungsi tersebut antara lain :
- Menyiarkan Informasi
Khalayak
berhak untuk mendapatkan informasi mengenai peristiwa yang terjadi, gagasan
atau pikiran orang lain, apa yang dilakukan orang lain dan sebagainya.
- Mendidik
Surat kabar
harus memuat tulisan yang mendidik sehingga pembaca bisa bertambah
pengetahuannya. Fungsi ini bisa secara implisit dalam bentuk berita, artikel
atau tajuk rencana. Terkadang cerita bersambung atau berita bergambar juga
mengandung aspek pendidikan.
- Menghibur
Isi harus
bersifat menghibur, hiburan tersebut bisa berbentuk cerpen, cerita bersambung,
teka teki silang, karikatur dan lain-lain. hal ini dimaksudkan agar pembaca
bisa melemaskan ketegangan pikiran setelah membaca berita berat (Hard News).
- Mempengaruhi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar