Sabtu, 21 Maret 2015

Empat Teori Komunikasi Sosial Pembangunan



Ungkapan Manusia tidak bisa hidup tanpa komunikasi memang benar adanya, karena manusia adalah makhluk sosial, maksudnya manusia mempunyai wajib berinteraksi dengan sesama manusia lainnya. Komunikasi yang dilakukan bisa berbentuk kelompok, organisasi, dan antar pribadi.

Dari interaksi tersebut, maka akan muncul Komunikasi Sosial Pembangunan (KSP). Komunikasi Sosial Pembangunan berasal dari dua istilah yaitu, komunikasi sosial dan komunikasi pembangunan. Kedua istilah tersebut mempunyai arti mengenai bagaimana komunikasi harus dilakukan sehingga berperan pada suatu penunjang program pembangunan dalam menciptakan perubahan pada suatu sistem sosial.

Ada beberapa teori yang ada di dalam KSP, antara lain :
  1. Teori Disonansi Kognitif
  2. Teori A-B-X Newcomb
  3. Teori Pertukaran Sosial
  4. Teori Komunikasi Kelompok
  5. Teori Perbandingan Sosial
  6. Teori Sosiometris
  7. Teori Analisis Proses Interaksi
  8. Teori Komunikasi Massa
  9. Teori Pembelajaran Sosial
  10. Teori Depedensi Media
  11. Teori Keseimbangan

Seperti yang diinstruksikan oleh Dosen mata kuliah Komunikasi Sosial Pembangunan, Dwi Ajeng Widarini, Saya hanya diperbolehkan untuk menjelaskan empat dari 10 teori yang sudah disebutkan di atas. Disini saya akan mendalami empat teori yaitu Teori Pertukaran Sosial (John Thibaut dan Harold Kelley), Teori Keseimbangan (Fritz Heider), Teori Disonansi Kognitif (Leon Festinger), dan Teori Simetri A.B.X (Theodore M. Newcomb).

TEORI PERTUKARAN SOSIAL (JOHN THIBAUT DAN HAROLD KELLEY)

Teori pertukaran sosial adalah hubungan yang saling ketergantungan dan kehidupan berhubungan adalah sebuah proses. Pada umumnya, hubungan sosial terdiri dari masyarakat, maka dari itu masyarakat mempunyai perilaku yang saling mempengaruhi dalam hubungan tersebut, yang terdapat unsur ganjaran (reward), pengorbanan (cost) dan keuntungan (profit).

Ada empat konsep pokok dalam teori ini menurut Thibault dan Kelley:

  • Ganjaran

Setiap akibat yang dinilai (+) yang diperoleh seseorang dalam suatu hubungan. Kita akan menyukai orang yang menyukai kita, dan kita juga akan menyenangi orang yang memuji kita.
  • Biaya

Akibat dinilai (-) yang terjadi dalam suatu hubungan. Biaya dapat berupa waktu, usaha, konflik, kecemasan dan keruntuhan harga diri.
  • Laba atau hasil

Yaitu ganjaran yang dikurangi biaya.
  • Tingkat perbandingan

Merupakan ukuran baku yang dipakai sebagai kriteria dalam menilai hubungan individu.
Dalam teori pertukaran sosial, interaksi manusia layaknya sebuah transaksi ekonomi: anda mencoba untuk memaksimalkan manfaat dan memperkecil biaya (Little John: 2011, 292). Jadi perilaku sosial terdiri atas pertukaran paling sedikit antar dua orang berdasarkan perhitungan untung-rugi. Ukuran bagi keseimbangan pertukaran antara untung dan rugi dengan orang laian disebut comparison levels (Burhan Bungin: 2006, 263).

Referensi : West, Richard and H.Turnersd, Lynn., “Pengantar Teori Komunikasi analisis dan aplikasi”. Jakarta: Salemba Humanika.


TEORI DISONANSI KOGNITIF


Teori ini termasuk dalam psikologi sosial yang membahas perasaan ketidaknyamanan seseorang akibat sikap, pemikiran, dan perilaku yang saling bertentangan. Tujuan mempelajari teori ini, demi memotivasikan seseorang untuk mengambil langkah demi mengurangi ketidaknyamanan tersebut. Istilah tersebut pertama kali dipopulerkan oleh seorang psikolog bernama Leon Festinger pada 1950.

Disonansi adalah perasaan tidak suka yang mendorong orang untuk melakukan suatu tindakan dengan dampak-dampak yang tidak dapat diukur. Teori ini menekankan seseorang yang berada dalam disonansi memberikan keadaan yang tidak nyaman, sehingga ia akan melakukan tindakan untuk keluar dari ketidaknyamanan tersebut.

Contoh kasus : Ketika seseorang bingung karena ingin pergi ke luar kota bersama teman tetapi juga tidak ingin melanggar larangan orang tua, dia juga bisa disebut mengalami disonansi kognitif.

Bila terjadi disonansi maka ada sesuatu hal yang harus dilepas atau ada ketidaksesuaian antara suatu keyakinan dengan keyakinan-keyakinan lainnya atau bersikeras mempertahankan kedua-duanya, akan terasa sangat menyiksa.

Ada tiga faktor yang dapat mempengaruhi tingkat disonansi yang dirasakan seseorang seperti yang kutip oleh Zimbardo, ebbsen & Maslach pada 1977 :
  • Kepentingan, atau seberapa signifikan suatu masalah, berpengaruh terhadap tingkat disonansi yang dirasakan.
  • Rasio disonansi atau jumlah kognisi disonan berbanding dengan jumlah kognisi yang konsonan.
  • Rasionalitas yang digunakan individu untuk menjustifikasikan inkonsistensi. 
  • Faktor ini merujuk pada alasan yang bertujuan untuk menjelaskan mengapa sebuah inkonsistensi muncul. Makin banyak alasan yang dimiliki seseorang untuk mengatasi kesenjangan yang ada, maka semakin sedikit disonansi yang seseorang rasakan.
Refrensi: Severin, Werner J., Teori Komunikasi “Sejarah, Metode Dan Terapan Dalam Media Massa”, terjemahan. Sugeng Hariyanto, Jakarta : Kencana, 2005.


TEORI KESEIMBANGAN

Teori keseimbangan berkenan dengan cara seseorang menata sikap terhadap orang atau benda dalam hubungannya satu sama lain di dalam struktur kognitifnya sendiri. Orang yang mengemukakan teori ini adalah Freitz Heider (1946).

Heider (1958) mengemukakan bahwa keadaan yang tidak seimbang dapat menimbulkan ketegangan dan membangkitkan tekanan-tekanan untuk memulihkan keseimbangan. Dia mengatakan bahwa “konsep keadaan seimbang menunjukkan sebuah situasi yang di dalam unit-unit yang dialami “hidup” berdampingan tanpa tekanan”.

Teori ini berfokus pada dua individu yaitu seseorang (P), objek analisis dan beberapa orang lain (O), dan objek fisik, gagasan atau peristiwa (X). Fokus Heider adalah bagaimana hubungan antara ketiga entitas ini di organisasikan dalam pikiran seseorang (P). Heider membedakan dua jenis hubungan diantara ketiga entitas ini, hubungan kesukaan (L) dan hubungan unit (U) yaitu penyebab, kepemilikkan, kesamaan, dan sebagainya). Dalam paradigma “keadaan seimbang hadir apabila hubungan ketiganya positif dalam segala hal atau apabila dua negatif dan satu positif” (1946). Semua kombinasi lain adalah tidak seimbang.

Contoh kasus : Dua sahabat yang bernama Kaka dan Keko yang selalu bersama. Namun suatu ketika ada suatu masalah yang menyebabkan mereka berbeda pandangan. Sehingga mengakibatkan adanya suatu perselisihan. Untuk mengurangi permasalahan tersebut Kaka akhirnya mengalah dan mencoba untuk menyamakan pandangan dengan Keko agar permasalahan tersebut bisa mereda.

Referensi: Severin, Werner J., Teori Komunikasi “Sejarah, Metode Dan Terapan Dalam Media Massa”, terjemahan. Sugeng Hariyanto, Jakarta : Kencana, 2005.

TEORI SIMETRI NEWCOMB (A.B.X)

Theodore M. Newcomb adalah bapak pakar psikologi sosial yang lahir di Rock Creek, Ohio, Amerika pada 24 Juli 1903. Ia dikebumikan pada 28 Desember 1984. Tujuan ia menggunakan istilah teori simetri untuk membedakan antara teori Simetri Newcomb dengan teori keseimbangan. Ia berpendapat bahwa kita berusaha saling mempengaruhi satu sama lain untuk menghasilkan simetri (keseimbangan).

Ia mengemukakan bahwa upaya untuk mempengaruhi orang lain adalah sebuah fungsi daya tarik seseorang bagi orang lain. Dalam hal ini, lebih mengarah ke teori daya tarik antar individu daripada teori perubahan sikap. Apabila gagal dalam mencapai simetri melalui komunikasi dengan orang lain tentang sebuah objek yang penting, maka kita dapat mengubah sikap terhadap orang tersebut ataupun objek yang diperbincangkan guna menciptakan simetri.

Karena model Newcomb berhubungan dengan dua orang dan komunikasi diantara mereka berbeda jika dibandingkan dengan heider, teori Newcomb lebih menggunakan label A dan B dan tetap memberi label, hal ini bertujuan untuk merepresentasikan objek sikap mereka. Sebagaimana Heider, dia mengasumsikan kebutuhan manusia atas konsistensi yang ia sebut dengan sebuah “ketegangan konstan terhadap simetri”.

Apabila A dan B tidak setuju tentang X, jumlah ketegangan terhadap simetri akan tergantung pada intensitas sikap A terhadap X dan daya tarik A dan B. Meningkatkan daya tarik A bagi B dan meningkatnya intensitas sikap A terhadap X akan mengakibatkan :
  1. Peningkatan ketegangan terhadap simetri di pihak A terhadap B atas sikap mereka terhadap X.
  2. Kemungkinan bahwa simetri akan tercapai.
  3. Kemungkinan sebuah komunikasi antara A dan B tentang X.

Newcomb mengatakan “Kemungkinan pengarahan simetri A ke B dalam memandang X akan bervariasi sebagai sebuah fungsi ganda perbedaan yang dirasakan (misalnya bertentangan dengan simetri yang dirasakan) dengan valensi terhadap B dan dengan valensi terhadap X”.
Newcomb berbeda dengan Heider, karena Newcomb lebih menekankan komunikasi. Semakin tidak simetri antara A dan B terhadap X, maka semakin besar kemungkinan A akan berkomunikasi dengan B tentang X. Semetri memprediksi bahwa manusia berasosiasi atau menjadi teman bagi manusia lain yang berpendapat sama.

Referensi: Severin, Werner J., Teori Komunikasi “Sejarah, Metode Dan Terapan Dalam Media Massa”, terjemahan. Sugeng Hariyanto, Jakarta : Kencana, 2005.